Tingkatkan, Peran Kredit Perbankan dalam Mendukung Pertumbuhan Ekonomi

23
Ilustrasi, Peran kredit perbankan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi masih perlu ditingkatkan. POTO : DOK. BISNISSULAWESI.COM

 

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Bank Indonesia (BI) mendorong peningkatan peran kredit perbankan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Pada Mei 2025, kredit tumbuh 8,43 persen (yoy), lebih rendah dari 8,88 persen (yoy) pada April 2025.

Hal itu disampaikan Gubernur BI, Perry Warjiyo saat memberi keterangan pers di Jakarta, Rabu (18/06/2025).

Dikatakan, dari sisi penawaran, preferensi perbankan pada penanaman surat-surat berharga masih kuat di tengah standar penyaluran kredit (lending standard) yang mulai meningkat. Kondisi likuiditas perbankan masih memadai, meskipun pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) cenderung melambat dari awal Januari 2025 sebesar 5,51 persen (yoy) menjadi 4,29 persen (yoy) pada Mei 2025.

Dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit terutama didorong sektor jasa sosial, industri, dan lainnya. “Sementara kredit ke sektor Perdagangan, Pertanian, dan Jasa Dunia Usaha, perlu terus ditingkatkan untuk mendukung pembiayaan ekonomi,” kata Perry.

Berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi, masing-masing tercatat 13,74 persen, 4,94 persen, dan 8,82 persen pada Mei 2025. Pembiayaan syariah tumbuh 9,19 persen, sementara kredit UMKM tumbuh 2,17 persen.

“Dengan perkembangan kredit hingga Mei 2025 tersebut, dan prospek perekonomian ke depan, BI memprakirakan pertumbuhan kredit perbankan pada 2025, berada pada kisaran 8-11 persen,” tambahnya.

BI terus memperkuat kebijakan makroprudensial yang akomodatif, termasuk melalui Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM). Total insentif KLM hingga minggu kedua Juni 2025 mencapai Rp372 triliun, yang disalurkan kepada kelompok bank BUMN Rp164 triliun, bank BUSN Rp166,4 triliun, BPD Rp36 triliun, dan KCBA sebesar Rp5,6 triliun. Ke depan, BI terus mendorong penyaluran kredit/pembiayaan perbankan yang didukung perluasan sumber pendanaan, serta memperkuat sinergi dengan Pemerintah, otoritas keuangan, Kementerian/Lembaga, perbankan, dan pelaku usaha.

Perry juga menyebutkan, ketahanan perbankan tetap kuat mendukung stabilitas sistem keuangan. Kondisi likuiditas perbankan memadai, permodalan terjaga pada level tinggi dan risiko kredit rendah. Dikatakan, likuiditas perbankan yang tetap memadai tecermin dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 24,98 persen pada Mei 2025. Dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan pada April 2025 tetap tinggi sebesar 25,41 persen sehingga masih mampu untuk menyerap risiko.

Sementara itu, rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) perbankan tercatat rendah, sebesar 2,24 persen (bruto) dan 0,83 persen (neto) pada April 2025. Hasil stress test BI juga menunjukkan ketahanan perbankan tetap kuat, ditopang kemampuan membayar dan profitabilitas korporasi yang terjaga.

“Ke depan, BI terus memperkuat sinergi kebijakan bersama KSSK dalam memitigasi berbagai risiko ekonomi global dan domestik yang berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan,” katanya.

Kinerja transaksi ekonomi dan keuangan digital pada Mei 2025 tetap tumbuh didukung sistem pembayaran yang aman, lancar, dan andal. Dari sisi transaksi, pembayaran digital pada Mei 2025 mencapai 3,93 miliar transaksi atau tumbuh 27,88 persen didukung peningkatan seluruh komponen. Volume transaksi aplikasi mobile dan internet terus tumbuh masing-masing 29,32 persen dan 7,54 persen. Demikian pula, volume transaksi pembayaran digital melalui QRIS tetap tumbuh tinggi sebesar 151,70 persen didukung peningkatan jumlah pengguna dan merchant.

Dari sisi infrastruktur, volume transaksi ritel yang diproses melalui BI-FAST mencapai 393,73 juta transaksi atau tumbuh 45,45 persen (yoy), dengan nilai mencapai Rp969,43 triliun, sedangkan volume transaksi nilai besar yang diproses melalui BI-RTGS turun sebesar 6,08 persen menjadi 0,77 juta transaksi dengan nilai Rp14.450,03 triliun.

Sementara dari sisi pengelolaan uang Rupiah, Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) tumbuh 10,10 persem menjadi Rp1.143,09 triliun pada Mei 2025.

Stabilitas sistem pembayaran tetap terjaga, ditopang oleh infrastruktur yang stabil dan struktur industri yang sehat. Dari sisi infrastruktur, stabilitas sistem pembayaran tecermin pada penyelenggaraan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (SPBI) yang lancar dan andal serta kecukupan pasokan uang dalam jumlah dan kualitas yang memadai pada Mei 2025. Dari sisi struktur industri, interkoneksi antarpelaku dalam sistem pembayaran terus menguat diikuti oleh ekosistem Ekonomi Keuangan Digital (EKD) yang meluas. Transaksi pembayaran berbasis Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP) juga meningkat sejalan dengan perluasan tingkat adopsi.

Ke depan, BI terus memastikan ketersediaan, keandalan, dan keamanan infrastruktur SPBI, baik ritel maupun wholesale, serta infrastruktur sistem pembayaran industri. BI terus menjaga ketersediaan uang Rupiah dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang layak edar di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), termasuk daerah Terdepan, Terluar, dan Terpencil (3T).

Editor : Bali Putra