
BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Chief Economist Bank Central Asia, David E. Sumual menyatakan Pemerintah Daerah (Pemda) harus menjadi lokomotif untuk membangun pengusaha lokal atau Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), dengan sepenuhnya melibatkan mereka dalam berbagai program priorotas pemerintah, baik nasional maupun daerah.
Pernyataan itu disampaikan David saat menjadi pemateri pada forum diskusi “Sulsel Talk” bertema “Mendorong Akselerasi Ekonomi Sulsel di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global”, yang digelar Bank Indonesia Sulawesi Selatan (BI Sulsel) di Kantor Perwakilan BI Sulsel di Makassar, Selasa (12/08/2025).
Pada program Makan Bergizi Gratis (MBG) misalnya, 100 persen pengadaan mesti dari pengusaha lokal, baik untuk makanan minumannya. Kemudian peralatan seperti pancinya, penggorengan atau kompor, semua berdayakan kapasitas domestik.
“Begitu juga dengan program pengadaan tiga juta rumah, itu kan jumlah yang banyak, dorong kapasitas domestiknya seperti batu bata, pasir, semen. Jika itu dilakukan, pasti bisa menyerap banyak tenaga kerja,” ujarnya.
Hanya saja, saat ini pihak-pihak terkait lebih suka asal target tercapai. Segala cara dilakukan, bahkan impor sehingga impor terus meningkat.
Menurut David, perlu ditelaah, dilakukan pemetaan, mana bahan baku, produk yang bisa dan tidak bisa diproduksi sendiri. Setelah dipetakan, kemudian dibuatkan aturan untuk produk yang bisa diimpor, karena memang tidak ada di dalm negeri.
David menyebutkan, kita bisa mencontoh Cina. Di mana saat awal membangun sektor properti, porsi sektor ini hanya 12 persen terhadap ekonominya. Kemudian, sebelum pandemi sempat 30 persen. “Nah, ketika didorong dari 12 persen ke 30 persen, Cina terus berupaya meningkatkan kapasitas sektor propertinya. Dari hulu sampai hilir, yang berkaitan dengan sektor properti mereka kuasai. Begitu juga saat masuk ke mobil listrik, hal itu juga dilakukan. Dari ujung ke ujung mereka kuasai. Dari sisi teknologinya, bahan baku, semuanya diberdayakan,” sebut David.
Hal seperti ini, semestinya dilakukan untuk program MBG, tiga juta rumah atau untuk program apapun. Tidak selalu berpaku pada target. Karena, jika target dijadikan acuan, bisa melakukannya dengan segala cara. “Namun kalau bertahap, secara gradual dengan perencanaan, bisa jadi hasilnya lebih optimal, dan kapasitas lokal juga terdorong,” tambahnya.
Selain soal pemberdayaan kapasitas domestik, pada forum diskusi yang juga menghadirkan Kepala Perwakilan BI Sulsel, Rizki Ernadi Wimanda dan Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Sulsel, Agus Salim sebagai narasumber, David juga memaparkan terkait kondisi domestik. Di mana, belanja relatif stagnan di kwartal I dan kwartal II-2025.
“Pertumbuhan ekonominya sekitar 4,9 persen untuk sektor konsumsi,” katanya.
Salah satunya akibat belanja sempat ditahan/dibekukan di Februari untuk dilakukan realokasi. Penjualan mobil, motor baru menunjukkan fenomena penurunan penjualan. Sebaliknya, mobil dan motor bekas justeru mengalami kenaikan penjualan.
Belanja bansos juga melemah dan baru akan digenjot di sementer II-2025. Dengan begitu, seharusnya pertumbuhan di semester II, lebih bagus, karena mulai ada dorongan dari belanja pemerintah.
“Dari sisi tren belanja, ada fenomena down trading. Di mana, kelas menengah bawah, pindah ke produk dari sisi nilai yang lebih rendah atau murah. Sedangkan kelas atas, lebih mengutamakan instrument investasi seperti Surat Berharga Negara, emas, dibandingkan beli mobil atau motor,” katanya.
Sementara itu, “Sulsel Talk” merupakan forum diskusi yang digelar BI Sulsel dalam rangka melaksanakan fungsi advisory dan mendukung perumusan kebijakan bagi Pemerintah Daerah. “Sulsel Talk” merupakan wujud diseminasi terkait perkembangan kondisi ekonomi terkini, pendalaman isu strategis daerah, serta proyeksi perekonomian Sulsel 2025.
Dihadir Sekda Sulsel, Jufri Rahman, Deputi Kepala Perwakilan BI, pimpinan Forkopimda, kepala OPD, instansi terkait dari kabupaten/kota, pimpinan perbankan, pelaku usaha, asosiasi bisnis, mahasiswa dan masyarakat umum.
“Sulsel Talk” dinilai sebagai momentum penting untuk merumuskan langkah konkret memperkuat daya saing dan pertumbuhan ekonomi daerah. Dari forum ini, diharapkan lahir strategi efektif mendorong pertumbuhan melalui diversifikasi, hilirisasi, dan strategi adaptif menghadapi ketidakpastian global.
Bali Putra