BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan (BI Sulsel) mendorong perluasan gerakan tanam “Barito” (bawang merah, rica dan tomat), sebagai salah satu langkah pengendalian inflasi pangan di Sulsel. Gerakan ini (tanam barito, red) utamanya dapat dilakukan di pekarangan rumah dan lahan menganggur.
Hal itu disampaikan Kepala Kantor Perwakilan BI Sulsel, Rizki Ernadi Wimanda saat memaparkan perkembangan ekonomi Sulsel terkini dan respon kebijakan BI di Makassar, beberapa hari lalu.

Menurut Rizki, gerakan tanam Barito dapat dilakukan di pekarangan sekolah, lembaga pemasyarakatan (Lapas), dan pekarangan desa dengan melibatkan kelompok penggerak PKK.
“Cabai dan tomat, turut menyumbang terjadinya peningkatan inflasi di Sulsel, selain beras dan bandeng. Kenaikan komoditas itu dipengaruhi cuaca, serangan penyakit dan juga pengiriman ke luar daerah,” ujar Rizki seraya menyebutkan, pada Juli 2025 Sulsel mengalami inflasi 0,61 persen (mtm), meningkat dibandingkan Juni 2025, dan di atas indikatif (0,29 persen, mtm). “Inflasi year to date (ytd) telah berada di atas target indikatif dalam empat bulan terakhir,” tambahnya.
Bukan hanya di Sulsel, bawang merah, cabai rawit dan tomat, (selain beras dan SPP sekolah tahun ajaran baru), juga merupakan faktor penyebab inflasi secara nasional. Di mana, pada Juli 2025, secara nasional mengalami inflasi 2,37 persen year to year (yty) atau 1,69 persen ytd.
BI Sulsel juga mendorong pelaksanaan Gerakan Pasar Murah (GPM) dengan fokus ke komoditas inflasi, terutama beras dan hortikultura (cabai rawit, bawang merah dan tomat). Bekerja sama petani champion Enrekang (cabai rawit, bawang merah) dan petani Malino (tomat), melalui fasilitas distribusi pangan (FDP).
Bali Putra