
BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Gelaran Anging Mammiri Business Fair (AMBF) X South Sulawesi Investment Forum (SSIF) 2025 yang berlangsung dua hari, Rabu-Kamis (12-13 November 2025), meninggalkan cerita menggembirakan bagi owner PT Luwak Malino, A. Junanjar Irawan.
Pasalnya, dari event yang diikuti 30 buyer dari 17 negara, Luwak Malino berhasil menjalin kerjasama tiga buyer dengan total nilai kontrak mencapai 76,51 USD.
“Banyak hal seru dan tak terduga yang saya dapatkan dalam gelaran AMBF X SSIF tahun ini,” ujar Junanjar, Sabtu (15/11/2025).
Pria yang akrab disapa Jun, menceritakan, salah satu buyer yang menjalin kerjasama dengan dirinya, jauh-jauh hadir dari Vietnam dan khusus ingin menemuinya. Bahkan buyer tersebut datang walapun tanpa undangan.
“Saat bertemu, saya tantang untuk menyepakati kerjasama dengan MoU (Memorandum of Understanding), ternyata dia mau,” jelas Jun.
Dari tiga kerjasama yang diteken Luwak Malino, diantaranya dengan Rayana Coffe B.V dengan nilai kontrak 31,094 USD, kemudian dengan Luna Friendship Association 15,535 USD, dan Loveous sebesar 29,881 USD.
“Tahun ini, saya menjalin kerjasama dengan buyer dari Belanda, Jepang dan Vietnam,” tambahnya.
Ia berharap, ke depan semakin banyak tumbuh eksportir dari Sulawesi Selatan, khususnya eksportir dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), serta generasi muda.
Karena menurut Jun, Kopi Luwak Malino di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel) semakin berpeluang untuk pasar ekspor. Permintaan ekspor datang dari sejumlah buyer baik individu maupun ritel dari beberapa negara, seperti Singapura, Inggris dan lainnya.
Sementara pada AMBF x SSIF tahun lalu, Luwak Malino menjalin kesepakatan dengan buyer asal Inggris , Metrocart UK Ltd dengan potensi nilai kerjasama mencapai Rp1,55 miliar. Setelah sebelumnya, Kopi Luwak Malino juga sering melakukan pengiriman kepada buyer di Singapura.
Berbeda dengan produksi komoditas lain yang bisa mencapai angka ton, produksi kopi luwak diakui sangat terbatas. Dalam satu tahun, paling banyak bisa memproduksi 300 kilogram. Itu pun sudah tergolong luar biasa, yang artinya, semakin langka komoditas atau barang, semakin mahal pula harganya.
Kopi Luwak hanya dapat diproduksi satu tahun sekali dengan periode produksi maksimal 3 bulan. Dari hasil panen 1.000 kilogram, setelah diproses, paling banyak menghasilkan 200 kilogram kopi luwak siap ekspor. Terjadi penyusutan yang sangat tinggi. Sementara sembilan bulan lainnya, tidak produksi. “Itulah kenapa, kopi luwak menjadi mahal,” tambahnya.
AMBF X SSIF sendiri, digelar Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan (KPwBI Sulsel) bersama Pemprov Sulsel. Mengusung tema “Empowering Green Economic Investment: From Local Champions to Global Vision”, yang menegaskan dua pesan penting yakni penguatan peran Sulsel sebagai pusat investasi kompetitif dan rumah bagi local champions yang berorientasi global, serta komitmen mendorong investasi berkelanjutan yang sejalan dengan perioritas ekonomi hijau dan agenda transisi energi nasional maupun global.
AMBF X SSIF 2025 dirangkai berbagai kegiatan diantaranya networking session yang menjadi rangkaian opening ceremony, promosi UMKM dan Investment Project Ready to Offer (IPRO) termasuk sesi one-on-one meeting dan site visit ke Kawasan Industri Makassar (KIMA), sebagai salah satu kawasan industri eksisting yang masih memiliki potensi besar untuk dikembangkan.
Bali Putra








