Neraca Perdagangan Sulsel Surplus 80,66 Juta USD

42
Kepala Bidang Kepabeanan dan Cukai, Kanwil DJBC Sulbagsel, Alimuddin Lisaw. POTO: ISTIMEWA

 

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Neraca perdagangan Sulawesi Selatan (Sulsel) hingga Oktober 2025, mengalami Surplus sebesar 80,66 juta USD. Bersumber dari neraca perdagangan ekspor yang besarnya mencapai 177 juta USD, sementara neraca perdagangan impor 96,81 juta USD.

“Jadi, neraca perdagangan kita (Sulsel, red), surplus,” kata Kepala Bidang Kepabeanan dan Cukai, Kanwil DJBC Sulbagsel, Alimuddin Lisaw di Gedung Keuangan Negara (GKN) II Makassar, Selasa (25/11/2025).

Dari sisi sisi devisa, Alimuddin Lisaw menyebutkan, devisa ekspor sebesar 1,6 miliar USD, terkontraksi -3,6 persen dibandingkan tahun lalu. Sedangkan devisa impor 0,86 miliar USD, juga mengalami kontraksi -8,9 persen dibandingkan periode sama tahun lalu

Dari sisi devisa komoditas ekspor Sulsel, terutama di topang komoditas Nickel Matte, mencapai 746,7 juta USD dengan porsi 44 persen dari total devisa ekspor Sulsel. Devis komoditas ekspor ini mengalami penurunan 4,3 persen dibanding periode sama tahun lalu.

Kemudian devisa komoditas ekspor fero nickel, mencapai 250,2 juta USD dengan kontribusi 14,7 persen, juga terkontraksi cukup dalam -35,7 persen dibanding tahun lalu.

Devisa komoditas ekspor rumput laut mencapai 134,1 juta USD dengan kontribusi terbesar ketiga sekitar 7,9 persen. Devisa komoditas ekspor ini tumbuh 1,9 persen dibanding periode sama tahun lalu.

Devis komoditas ekspor produk kakau mencapai 116,6 juta USD, berkontribusi 6,9 persen dari total devisa komoditas ekspor. Tumbuh signifikan 107,5 ersen dibanding periode sama tahun lalu. Sedangkan devisa komoditas ekspor karaginan mencapai 59,9 juta USD, berkontribusi 3,5 persen. Mengalami kontraksi -16,6 persen dibanding periode sama tahun lalu.

“Dari lima besar komoditas ekspor Sulsel ini, dominan negara tujuan ke Jepang, Cina, USA, Taiwan dan Australia,” katanya.

Sementara dari sisi devisa komoditas impor, diantaranya gandum mencapai 154,6 juta USD, berkontribusi 17,9 persen dari total devisa komoditas impor. Kemudian gula mencapai 123 juta USD (14,3 persen), bungkil dan residu padat dari kedelai mencapai 109,9 juta USD (12,8 persen), aksesoris sparepart perangkat telepon seluler 62,4 juta USD (7,2 persen) dan biji kakao mencapai 58,5 juta USD (6,8 persen).

“Dari lima besar penyumbang devisa komoditas impor, aksesoris sparepart perangkat telepon seluler tumbuh signifikan mencapai 1153,8 persen dibanding periode sama tahun lalu dengan negara asal impor dominan diantaranya, Cina, Brazil, Australia, Singapura dan Thailand,” tambah Alimuddin Lisaw.

Bea Cukai terus memberikan fasilitas perdagangan kepada pelaku usaha industri. Ada 10 pengusaha kawasan berikat di Sulsel dan satu pengusaha KITE (Kemudahan Impor Tujuan Ekspor).

Bea Cukai memberikan fasilitas kepabeanan berupa fiskal meliputi Bea Masuk ditangguhkan sebesar Rp54,12 miliar, kemudian PPn ditangguhkan Rp135,03 miliar dan PPh ditangguhkan Rp32,04 miliar. Serapan tenaga kerja sebanyak 3.400 orang.

“Sedangkan KITE berupa Bea Masuk dibebasakan Rp41,78 miliar dan PPn dkitangguhkan sebesar Rp96,45 miliar, serta tenaga kerja 245 orang,” jelasnya.

Sementara itu, secara umum Alimuddin Lisaw menyebutkan realisasi penerimaan bea dan cukai hingga 31 Oktober 2025 sebesar Rp310,5 miliar atau sekitar 88,35 persen dari target yang ditetapkan sebesar Rp351,5 miliar.

“Ini mengalami kontraksi -23,24 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Disebabkan kebijakan pemerintah terkait larangan impor beras. Sementara sebelumnya, impor beras sangat besar volumenya, penerimaannya juga besar. Tahun ini tidak ada impor beras, karena kita sudah mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri,” katanya.

Penerimaan tersebut terdiri dari Bea Masuk sebesar Rp184,78 miliar, Bea Keluar sebesar Rp49,11 miliar, dan Cukai sebesar Rp76,65 miliar.

Bali Putra