BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Sejak diumumkan Bank Indonesia (BI) bahwa sistem pembayaran digital Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) lintas negara (cross-border) mulai bisa digunakan warga negara Indonesia di Jepang dan China, 17 Agustus lalu, bank di kedua negara rebutan untuk bisa menjadi penyelenggara QRIS.
Apalagi, diketahui, QRIS cross border merupakan sistem pembayaran yang lebih cepat, murah, transparan, dan inklusif yang bertujuan mempermudah wisatawan dan pelaku usaha dalam melakukan transaksi lintas batas, tanpa perlu menggunakan uang tunai atau menghadapi risiko fluktuasi nilai tukar.
Hal itu disampaikan Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Selatan (BI Sulsel), Ricky Satria di Makassar, Senin (17/11/2025)

“Transaksi QRIS antarnegara kian bertambah, baik dari sisi volume maupun nominal. Begitu masuk di China dan Jepang, mereka rebutan untuk bisa jadi penyelenggara QRIS,” ujar Ricky.
Hingga saat ini, QRIS lintas negara sudah dapat digunakan di beberapa negara Asia Tenggara, khususnya yang tergabung dalam kerja sama sistem pembayaran regional ASEAN. Negara-negara yang telah bekerja sama dalam integrasi sistem pembayaran ini diantaranya Malaysia, Thailand, Singapura, dan Filipina. Termasuk di beberapa negara yang masih uji coba seperti India, Korea, bahkan Arab Saudi.
“Sudah ada sejumlah bank internasional yang menjadi penyelenggara QRIS. Memang, dominan bank-bank retail, bukan bank corporate. Termasuk Hana Bank dan HSBC juga sudah,” katanya.
Karenanya banyaknya pengajuan, diakui membuat proses pengeluaran izin berlangsung agak lama. Mengingat tim yang dimiliki BI juga terbatas. Di samping, juga karena harus dilakukan ekstra check untuk memastikan keamanan sistemnya.
“Jenisnya juga ada banyak QRIS scan, QRIS Tap, QRIS antar negara, QRIS konsumen, ada QRIS merchant,” sebut Ricky. Di Sulsel tambah Ricky, baru 13 bank yang menjadi penyelenggara QRIS, dari 144 penyelenggara. “Termasuk Bank Sulselbar, belum bisa jalankan QRIS tap, mungkin tahun depan,” tambahnya.
Terkait QRIS antar negara, Ricky menyebutkan, warga asal Malaysia menjadi penyumbang transaksi terbesar, diikuti Singapura dan Thailand. “Transaksi ini makin diminati wisatawan, karena kepraktisannya,” sebut Ricky.
Periode Januari hingga September 2025, pangsa volume transaksi Malaysia sebanyak 42.862 dengan nominal Rp9,6 miliar. Angka ini naik dibanding 2024 sebanyak 22,139 transaksi dengan nominal Rp7,4 miliar.
Sementara Singapura, volume transaksi sebanyak 1.014 dengan nominal Rp1,69 miliar. Angka ini tumbuh dibanding 2024 sebanyak 226 transaksi dengan Rp277,50 juta. Kemudian Thailand, volume transaksinya sebanyak 763 dengan nominal Rp298,09 juta. Mengalami peningkatan dibandingkan 2025 volume transkasinya sebanyak 275 dengan nominal Rp43,67 juta.
Sebagai salah satu ujung tombak digital payment, penggunaan QRIS terus mengalami peningkatan, baik dari sisi dunia usaha maupun masyarakat.
“Indikatornya, terlihat dari jumlah merchant yang mencapai 1,2 juta dan didominasi UMKM. Konsentrasi merchant didominasi di Kota Makassar (43 persen). Ke depan, kami fokuskan ke luar Makassar,” katanya.
Berbagai upaya terus dilakukan BI Sulsel untuk mensosialisasikan QRIS seperti event lari “SULTAN NgeRun QRIS tap”, QRIS Jelajah Budaya Indonesia, Pekan QRIS nasional, dan lainnya.
Bali Putra









