Bea Cukai Catat Devisa Ekspor Produk Kakao Sulsel Tumbuh 120 Persen

238
Kepala Bidang Kepabeanan dan Cukai, Kanwil DJBC Sulbagsel, Alimuddin Lisaw POTO : ISTIMEWA

 

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Produk kakao selalu menjadi salah satu komoditas ekspor potensial Sulawesi Selatan (Sulsel). Hingga September 2025, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Sulawesi Bagian Selatan (Kanwil DJBC Sulbagsel) mencatat, devisa komoditas ekspor produk kakao Sulsel, tumbuh signifikan hingga 120 persen, atau sebesar 93,7 juta USD.

Hal itu disampaikan Kepala Bidang Kepabeanan dan Cukai, Kanwil DJBC Sulbagsel, Alimuddin Lisaw di Gedung Keuangan Negara (GKN) II Makassar, Rabu (29/10/2025).

Dikatakan, produk kakao masuk dalam lima besar komoditas ekspor Sulsel dengan share 6,2 persen. Terbesar adalah mate nikel dengan share terbesar 43,7 persen. Namun, hingga September 2025, devisa komoditas ekspor mate nikel terkontraksi 6,6 persen secara tahunan atau sebesar 662,1 juta USD.

Kepala Bidang Kepabeanan dan Cukai, Kanwil DJBC Sulbagsel, Alimuddin Lisaw saat memaparkan kinerja Kepabeanan dan Cukai hingga September 2025 di GKN II Makassar, Rabu (29/10/2025). POTO : BALI PUTRA

Fero nikel dengan share 15,9 persen terkontraksi 28,8 persen atau sebesar 241,1 juta USD dan karaginan dengan share 3,5 persen mengalami kontraksi 16 persen atau sebesar 53,7 juta USD. Sementara devisa komoditas ekspor rumput laut yang mencatatkan share 8,0 persen dari total devisa ekspor, mengalami pertumbuhan sebesar 2,3 persen atau sebesar 121,1 juta USD .

“Negara tujuan ekspor terbesar Sulsel yakni Jepang dan Cina. Disusul Taiwan, USA dan Malaysia,” jelasnya.

Dari sisi impor, Alimudin menyebutkan, gandum menjadi penyumbang devisa komoditas impor terbesar dengan share 17,4 persen atau sebesar 133,3 juta USD. Angka ini mengalami penurunan sebesar 22,3 persen secara yoy. Kemudian gula 14,2 persen atau sebesar 108,0 juta USD, mengalami penurunan 16,7 persen yoy. Bungkil dan residu padat dari kedelai dengan share 13,6 persen atau sebesar 104,2 juta USD, mengalami peningkatan 23,0 persen yoy.

Kemudian aksesoris, sparepart perangkat telepon seluler menyumbang devosa impor 13,6 persen atau sebesar 104,2 juta USD, serta biji kakao menyumbang 7,2 persen atau sebesar 54,9 juta USD.

“Dua komoditas terakhir ini bahkan tumbuh sangat signifikan masing-masing 1.088 persen dan 174,1 persen,” jelas Alimudin.

Lima negara pengimpor terbesar Sulawesi Selatan yakni Cina, Brazil, Australia, Thailand dan Singapura.

Meskipun terjadi perlambatan pada ekspor dan impor Sulsel, namun Alimudin memastikan neraca perdagangan tetap surplus.

Sementara itu, dari sisi realisasi penerimaan Kepabeanan dan Cukai, hingga 30 September 2025 tercatat realisasi sebesar Rp271 miliar atau 77,16 persen dari target yang ditetapkan sebesar Rp351,5 miliar. Terdiri dari Bea Masuk sebesar Rp162,9 miliar, Bea Keluar Rp45,9 miliar, dan Cukai sebesar Rp62,3 miliar.

Bali Putra