
BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan (KwP BI Sulsel) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Sulsel 2025 berada direntang 4,9 – 5,7 persen atau di rata-rata 5,3 persen, dengan inflasi terjaga dalam rentang sasaran 2,5 ± 1 persen.
Hal itu, mengacu pada kinerja ekonomi Sulsel triwulan III-2025 yang berada diangka 5,01 persen (yoy) atau tumbuh positif dibandingkan triwulan II-2025 yang tumbuh 4,94 persen (yoy). Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi stagnan diangka 5, sehingga memerlukan berbagai terobosan, apalagi untuk mewujukan pertumbuhan ekonomi di angka 8 persen pada 2029.
Kepala Perwakilan BI Sulsel, Rizki Ernadi Wimanda mengatakan hal itu, Senin (17/11/2025). “Secara nasional, pertumbuhan ekonomi Sulsel berada di peringkat 19, dengan pertumbuhan paling rendah di pulau Sulawesi,” kata Rizki.
Sulawesi Tengah diperingkat 2 dengan pertumbuhan 7,79 persen, Sulawesi Barat peringkat 5 (5,83 persen), Sulawesi Tenggara peringkat 6 (5,65 persen), Gorontalo peringkat 7 (5,49 persen) dan Sulawesi Utara peringkat 9 dengan pertumbuhan 5,39 persen.
Rizki menjelaskan, dari sisi pengeluaran, pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sulsel triwulan III-2025, terutama ditopang meningkatnya konsumsi rumah tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB).
Konsumsi rumah tangga menguat seiring naiknya konsumsi makanan dan non-makanan, terutama pada kelompok makanan dan minuman, serta kelompok kesehatan dan pendidikan. Sedangkan PMTB didorong meningkatnya realisasi PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) dan (PMA) Penanaman Modal Asing, kenaikan nilai impor barang modal, serta peningkatan realisasi pengadaan semen.
“Sementara itu, impor Sulsel meningkat, sejalan dengan naiknya impor barang modal yang didominasi mesin dan peralatan listrik serta mesin-mesin/pesawat mekanik,” sebut Rizki.
Dari sisi Lapangan Usaha (LU), ekonomi Sulsel meningkat, utamanya dari LU Pertanian yang tumbuh seiring musim panen gadu dan kenaikan produksi komoditas utama seperti padi dan jagung. Juga pertumbuhan LU Perdagangan, dampak meningkatnya aktivitas distribusi dan penjualan barang bukan mobil dan motor.
Pertumbuhan LU Industri Pengolahan, terutama pada subsektor makanan dan minuman yang terdorong Tabama, LU Konstruksi tumbuh sejalan d meningkatnya pengadaan semen dan realisasi investasi PMA maupun PMDN di sektor infrastruktur dan properti. Lapangan Usaha Pertambangan mencatat kinerja yang lebih baik, ditunjukkan openingkatan produksi nikel matte dan gas.
Sementara itu, pada Oktober 2025, Sulsel mengalami inflasi 0,10 persen (mtm) setelah mencatat deflasi pada September 2025 sebesar 0,17 persen (mtm). Inflasi secara yoy, tetap berada di bawah target indikatif.
“Dari awal tahun kami sempat was-was, kenapa (inflasi) tinggi terus. Ternyata di Oktober menurun,” sebut Rizki seraya menambahkan, penyumbang utama inflasi Sulsel, diantaranya kenaikkan harga emas, beras, ikan-ikanan (bandeng, cikalang), juga sigaret kretek.
BI Sulsel memiliki sejumlah rekomendasi strategis dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi dan pengendalian inflasi Sulsel. Rekomendasi strategis untuk menggali sumner-sumber ekonomi baru dan akselerasi pembangunan ekonomi Sulsel, dirumuskan melalui Forum Group Discussion bersama para dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) se-Sulsel, serta dengan berbagai asosiasi pelaku usaha.
Diantaranya, memperluas jaringan irigasi dan medernisasi irigasi existing, penetapan tata ruang lahan pertanian dan pemanfaatan lahan tidur, pemberian insentif bagi petani, replanting kakao, pelatihan mutu dan penguatan teknologi rantai dingin di pelabuhan dan bandara, pengembangan sarana fish finder serta dukungan teknologi pengolahan ikan, pemberian insentif fiskal untuk perusahaan hilirisasi dan inovasi produk rumput laut, pemetaan wilayah potensial penanaman koiopi dan pemberian bantuan bibit kopi unggul, peralatan pertanian untuk meningkatkan produktivitas.
Bali Putra








