BI Sulsel Sarankan Penggunaan Varietas Gamagora-7, Tingkatkan Produktifitas Padi hingga 12 Ton/Ha

19
Kepala Perwakilan BI Sulsel, Rizki ernadi Wimanda (pegang mic). POTO : BALI PUTRA

 

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Selatan (BI Sulsel), Rizki Ernadi Wimanda menyarankan pengembangan dan penggunaan bibit unggul untuk meningkatkan produktifitas pertanian padi di Sulsel. Salah satunya melalui varietas Gamagora-7 dengan produktifitas rata-rata 10 -12 ton per hektare (ha) untuk sawah tadah hujan.

Saran itu disampaikan Rizki untuk mengatasi berbagai tantangan pertumbuhan ekonomi di daerah ini. Salah satunya, risiko perlambatan ekspor luar negeri (LN), khususnya komoditas nikel akibat penurunan produksi smelter dan isu ketenagakerjaan. Selain itu, industri pengolahan terbatas pada produk setengah jadi (ferro nikel).

Ilustrasi. Produktifitas padi di Sulsel cenderung turun dengan indeks pertanaman (IP) di angka 1,4 atau mengalami penurunan dibandingkan saat el-nino terakhir di angka 1,8. POTO : DOK. BISNISSULAWESI.COM

“Tantangan ini harus dijadikan peluang dengan meningkatkan lapangan usaha (LU) lain sebagai penyeimbang risiko tambang dan nikel,” ujar Rizki di Makassar, Senin pekan lalu.

Menurut Rizki, produktifitas padi di Sulsel cenderung turun dengan indeks pertanaman (IP) di angka 1,4 atau mengalami penurunan dibandingkan saat el-nino terakhir di angka 1,8. Sehingga dinilai penting melakukan pengembangan dan penggunaan bibit unggul untuk meningkatkan produktifitas padi, salah satunya melalui varietas Gamagora-7

“Selain meningkatkan produktifitas padi, pengembangan dan penggunaan bibit unggul juga penting untuk keberlanjutan program mandiri benih,” katanya.

Selain itu, Rizki juga menyarankan akselerasi pembangunan jaringan irigasi teknis, utamanya dari bendungan baru yang belum dimanfaatkan, serta perbaikan jaringan irigasi existing. Mengingat, saat ini hanya 30 persen jaringan irigasi dalam kondisi baik.

Tantangan juga terjadi pada perkebunan dan perikanan. Di mana terjadi penurunan produktiftas kakao yang berdampak pada impor kakao lebih besar dibanding ekspor. Dari sisi perikanan, kurang hilirasi untuk rumput laut. Sebagian besar komoditas ini diekspor kering (Raw Seaweed).

“Untuk kakao, harus dilakukan replanting atau peremajaan kakao usia tua dan penanganan penyakit,” tambahnya.

Sedangkan untuk peningkatan produktifitas perikanan, Rizki memandang penting pemberian insentif fiscal daerah bagi perusahaan olahan rumput laut yang bermitra dengan petani lokal, melalui contract farming dan berinvestasi dalam R7D untuk meningkatkan output olahan.

Sementara itu, BI Sulsel memperkirakan, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sulsel tahun ini tumbuh di rentang 4,7 – 5,5 persen dengan inflasi di rentang sasaran 2,5±1 persen.

Bali Putra