
BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR — Dalam liputan berbagai media, perhari ini Rupiah dikabar kan terus bergerak kelevel terendah, bahkan tembus diangka 14.644 per USD. Dalam beberapa kesempatan, banyak pengamat menilai, nilai tukar inilah yang terburuk sepanjang sejarah dalam pasar keuangan global.
Hal ini dilatar belakangi oleh nilai tukar dollar yang terus berkepanjangan. Secara global disisi lain, kebijakan BI dinilai kurang responsif terhadap perubahan pasar keuangan yang terjadi secara tiba tiba.
Dampak tersebut tentu sangat dirasakan l para pelaku usaha atau pelaku bisnis UMKM, terutama UMKM yang berorientasi ekspor. Sebab tentu ini sangat merepotkan, dan harus membuat strategi baru terkait hal tersebut.
Banyak pelaku usaha yang gulung tikar karena aktivitas usahanya. Itu disebabkan margin dari biaya produksi meningkat tajam. Ini tentu akan membuat pelaku usaha secara tiba tiba akan menaikkan harga jual barang produksinya. Hal tersebut terjadi seiring sejalan dengan daya beli yang semakin menurun.
Namun, sebenarnya dalam kondisi tertentu, UMKM yang tidak beriorentasi ekspor justru memberikan PDB yang cukup positif. Sebab mereka kebanyakan menggunakan bahan lokal, dan juga sektor usaha kecil biasanya tidak mengandalkan pinjaman dari bank, sehingga risiko itu mudah untuk diatasi dan diminimalisir.
Meskipun perbankan terpuruk, dan suku bunga naik, itu tidak akan berpengaruh kepada pelaku UMKM yang segmentasi produknya hanya untuk pasar dalam negeri. Sebab mereka kebanyakan mengandalkan modal sendiri. Berbeda denga UMKM yang berorientasi ekspor.
Oleh nya itu UMKM yang beriorentasi ekspor perlu mempertimbangkan beberapa hal. Pertama, literacy pasar keuangan global, hal ini disarankan agar pelaku usaha tidak hanya berkutat dengan pasar nasional, tetapi masuk ke pasar global.
Ketika terjadi masalah di pasar keuangan, misalnya turunnya nilai tukar mata uang, kita diharapkan akan mulai memahami pola dan siklus keuangan yang secara tiba tiba berubah, dan pada akhirnya kita akan terbiasa mengatasi hal tersebut. Kebanyakan selama ini, malah menghindari untuk masuk ke pasar global, dengan melihat resiko seperti itu.
Kedua, mensiasati kandungan bahan produksi yang didapatkan dari impor, dengan memperbanyak menggunakan bahan lokal, tanpa mengurangi kualitas. Biasanya banyak usaha yang gulung tikar, karena terlalu banyak menggunakan bahan impor. Sehingga ketika terjadi perubahan pasar keuangan secara gloal, maka itu akan sangat berdampak pada usahanya secara lansung.
Ketiga, mulai beralih transaksi, dari mata uang Dollar ke Yuan Misalnya, atau ke Euro. Sebab kita tidak bisa pungkiri saat ini, kebijakan Trump dalam menata ekonomi di AS, dirasakan dampaknya ke suluh negara di Dunia.
Olehnya itu, respon pasar terhadap kebijakan Trump ini, juga mendapat tanggapan yang beragam dari berbagai negara, termasuk memboikot produk AS, untuk masuk di beberapa negara tertentu. Bahkan sampai mengkampanyekan untuk tidak menggunakan mata uang dollar AS.
Salam Pencerahan
Penulis: Basri Basir MR.,SE.,M.Ak.,CBC (Akademisi & Praktisi Coach Star-Up bisnis dan UMKM)