Ekonomi Sulsel Melemah, Imbas Menurunnya Belanja Pemerintah

12
Kepala Perwakilan BI Sulsel, Rizki Ernadi Wimanda. POTO : BALI PUTRA

 

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) triwulan II-2025 mengalami perlambatan atau melemah dibandingkan triwulan I-2025. Imbas menurunnya belanja pemerintah pada semua jenis komponen belanja sebagai dampak kebijakan efisiensi.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Selatan (BI Sulsel), Rizki Ernadi Wimanda menyampaikan hal itu saat memaparkan perkembangan ekonomi Sulsel terkini dan respon kebijakan BI, di Makassar, Selasa (26/08/2025).

Menurut Rizki, pertumbuhan ekonomi Sulsel triwulan II-2025 berada di angka 4,94 persen, melambat dibanding pertumbuhan triwulan I-2025 sebesar 5,78 persen.

Kepala BI Sulsel, Rizki Ernadi Wimanda didampingi deputi Perwakilan BI Sulsel, Ricky Satria dan Wahyu Purnama, serta Deputi Direktur, Aswin Gantina saat memaparkan perkembangan ekonomi Sulsel terkini dan respon kebijakan BI, Selasa (26/08/2025). POTO : BALI PUTRA

“Kalau pertumbuhan ekonomi ada naik, ada turun, itu hal biasa. Yang penting, naik turunnya tidak terlalu signifikan, dalam batas wajar. Kalau ekonominya flat, itu mati. Ibarat alat pacu pada pasien jantung, kan harus ada ritme, naik turun. Kalau garis lurus, itu mati,” kelakar Rizki.

Namun demikian, Rizki memastikan BI terus memantau dinamika ekonomi dan menjaga stabilitas melalui kebijakan moneter serta mendorong sektor produktif agar Sulsel kembali mencatatkan pertumbuhan lebih kuat pada kuartal berikutnya.

Melemahnya ekonomi Sulsel kata Rizki, diantaranya disebabkan menurunnya belanja pemerintah, mulai pemerintah desa, kabupaten/kota, provinsi, hingga pusat, pada semua jenis komponen belanja, sebagai dampak kebijakan efisiensi.

Selain itu, juga disebabkan melambatnya konsumsi rumah tangga, seiring penurunan konsumsi rumah tangga pasca hari besar keagamaan nasional (HBKN) Idul Fitri dan Ramadan yang tercermin dari hasil survei konsumen (SK) dan survei penjual eceran (SPE).

“Juga dampak komponen ekspor mengalami perlambatan sebesar 7,46 persen. Di mana, perlambatan tertahan oleh kinerja ekspor LN yang membaik,” ujarnya.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Sulsel didukung pertumbuhan positif beberapa sektor seperti sektor perdagangan yang meningkat, ditopang kenaikan penjualan kendaraan baru sebesar 11 persen atau mencapai 58 ribu unit. Kemudian, industri pengolahan juga meningkat, khususnya pada industri mikro kecil seperti makanan-minuman, galian bukan logam, tekstil, kulit, kayu, dan furnitur.

Sektor konstruksi juga menguat sejalan dengan meningkatnya realisasi investasi di Sulsel sebesar 58 persen (yoy). Kondisi ini tercermin dari meningkatnya konsumsi semen mencapai 5,75 persen (yoy), serta sektor pertambangan tumbuh positif dengan produksi nikel matte naik 12 persen dan gas alam 8,4 persen (yoy).

“Sementara sektor pertanian yang selama ini menjadi penopang utama ekonomi Sulsel, tumbuh hanya 3,36 persen (yoy), jauh lebih rendah dibanding 15,73 persen pada triwulan sebelumnya. Perlambatan dipicu normalisasi musim panen yang kembali ke periode Maret–April, sehingga produksi padi terkoreksi hingga 6,27 persen (yoy),” sebut Rizki.

Bali Putra