BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR — Komoditi bandeng sebagai komoditi unggulan Sulawesi Selatan menunjukkan peningkatan ekspor yang signifikan di tahun 2017 yaitu sebesar 245 % dibandingkan tahun 2016. Volume ekspor bandeng pada tahun 2016 adalah 357 ton dan meningkat menjadi 1.208 ton pada tahun 2017.
Hal ini disampaikan oleh Kepala BKIPM Makassar, Sitti Chadidjah saat ditemui awak media di ruang kerjanya.
“Ada tren kenaikan volume ekspor bandeng di tahun 2017. Peningkatan volume ekspor disebabkan karena adanya permintaan pasar yang tinggi, khususnya untuk kebutuhan umpan tuna” jelasnya.
Hal ini terlihat dari rata-rata ukuran bandeng yang diekspor yaitu berkisar 8 – 10 ekor per kilo. Adapun tujuan pengiriman yaitu Taiwan, Sri Lanka, Ghana, Tiongkok, Vietnam dan Afrika Selatan.
Negara-negara tersebut membutuhkan produk ini sebagai umpan untuk industri penangkapan tuna. Adapun permintaan ekspor bandeng konsumsi berukuran rata-rata 2-3 ekor/kg juga cukup tinggi yaitu dari negara-negara luar seperti Amerika, Eropa, Jepang, Korea, Rusia dan Timur Tengah. Akan tetapi saat ini permintaan pasar lokal untuk bandeng konsumsi masih sangat tinggi dan harga jual pun relatif tinggi, mengingat bandeng merupakan salah satu kuliner favorit di Sulawesi Selatan.
Sebagaimana diketahui, ikan bandeng merupakan penyumbang inflasi tertinggi di Sulsel. Berdasarkan data Bank Indonesia, laju inflasi Sulsel pada Desember 2017 mencapai 1,04 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 131,29. Salah satu komoditi yang menyumbang inflasi adalah ikan bandeng sebesar 0,14 persen. Menurut Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulsel, Bambang Kusmiarso, kenaikan harga ikan bandeng dipicu besarnya permintaan masyarakat dan faktor cuaca. “Kalau dilihat komposisinya, andil terbesar inflasi Sulsel pada Desember 2017 berasal dari ikan bandeng sebesar 0,14 persen. Diikuti emas perhiasan dan angkutan udara, masing-masing mencapai 0,09 persen” terangnya. / Komang Ayu