BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Cukai Sulawesi Bagian Selatan (Kanwil DJBC Sulbagsel), Djaka Kusmartata menyebutkan, neraca perdagangan di wilayah ini menunjukkan tren positif, didorong adanya peningkatan ekspor produk kakao.
“Meskipun ekspor impor melambat, neraca perdagangan tetap surplus,” ungkap Djaka saat memberi keterangan pers di Makassar beberapa waktu lalu.
Dikatakan, neraca perdagangan Sulsel hingga Agustus 2025 sebesar USD49,62 juta. Di mana ekspor mencapai USD173,25 juta dan impor sebesar USD123,62 juta.

Djaka menjelaskan, devisa komoditas ekspor hingga Agustus 2025 diantaranya bersumber dari produk Mate Nikel USD586,3 juta atau sekitar 43,3 persen dari total devisa komoditas ekspor. Kemudian Fero Nikel USD225,5 juta (16,7 persen), Rumput Laut USD108,6 juta (8,0 persen), produk kakao USD77,7 juta (5,7 persen) dan Karaginan USD47,1 juta (3,5 persen). Ekspor diantaranya ke Jepang, Cina, Taiwan, USA dan Malaysia.
Sementara Devisa Komoditas Impor diantaranya bersumber dari produk gandum USD117,1 juta atau sekitar 17,8 persen dari total devisa impor, gula USD93,8 juta (14,3 persen), Bungkil dan Residu Padat dari Kedelai USD87,4 juta (13,3 persen), Biji Kakao USD51,3 juta (7,8 persen) serta Aksesoris, Sparepart Perangkat Telepon Seluler USD42,7 juta (6,5 persen).
Lima negara pengimpor terbesar diantaranya Cina, Brazil, Australia, Thailand dan Argentina.
“Devisa ekspor komulatif kita (Sulsel, red) sebesar USD1,35 miliar dan devisa impor komulatif sebesar USD0,66 miliar,” sebut Djaka.
Sementara itu, untuk mendukung industri dan perekonomian, DJBC Sulbagsel menyediakan berbagai fasilitas industri dari aspek kepabeanan dan cukai berupa fiskal dan non-fiskal.
“Hal ini sebagai wujud dukungan pertumbuhan industri yang memadai dengan tujuan mendorong pertumbuhan nilai ekspor dari sektor pertambangan dan pengolahan yang saat ini mampu menyerap 3.842 tenaga kerja,” kata Djaka.
Fasilitas yang disediakan diantaranya berupa Sembilan kawasan berikat dan satu Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE). Fasilitas ini berdampak pada tambahan nilai investasi USD17.814600,95 dan pertumbuhan ekonomi di sekitar Perusahaan pengguna fasilitas.
“Ada 216 unit usaha rumah tangga, 173 unit usaha kecil, 51 unit usaha sedang dan 25 unit usaha besar yang bergerak di bidang perdagangan, akomodasi, makanan dan transportasi,” pungkasnya.
Bali Putra