Kurang, Kesadaran Masyarakat dalam Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah

72
Sekda Sulsel, Jufri Rahman (Tengah) bersama Kepala Perwakilan BI Sulsel, Rizki Ernadi Wimanda (Kiri) dan Kepala OJK Sulsel dan Sulbar, Darwisman saat memberi keterangan secara door stop kepada wartawan usai pembukaan Bulan Eksyar 2024" di Makassar, Selasa (01/10/2024). POTO : BALI PUTRA

 

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Tingkat literasi dan inklusi masyarakat di Indonesia terkait ekonomi dan keuangan syariah (eksyar) mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Namun, masih di level rendah, diakibatkan masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengembangan eksyar.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulsel, Rizki Ernadi Wimanda menyinggung hal tersebut pada pembukaan “Bulan Ekonomi dan Keuangan Syariah 2024”, di Makassar, Selasa (01/10/2024).

Menurut Rizki, posisi Indonesia dalam hal pengembangan sektor eksyar dunia, berada di posisi ketiga setelah Malaysia dan Arab Saudi. Ada enam sektor ekonomi rill yang mengalami peningkatan seperti makanan dan minuman, farmasi, kosmetik, fashion, pariwisata dan rekreasi.

Indonesia berada di posisi kedua untuk halal food dan posisi ketiga pada modes fashion disertai peningkatan signifikan dari sektor rekreasi dan perjalanan yakni peringkat 6 dari sebelumnya di peringkat 23.

Pembukaan “Bulan Ekonomi dan Keuangan Syariah 2024” dilakukan dengan penekanan tombol oleh Sekda Sulsel, Jufri Rahman, Kepala Perwakilan BI Sulsel, Rizki Ernadi Wimanda dan Kepala OJK Sulsel dan Sulbar, Darwisman, Selasa (01/10/2024). POTO : BALI PUTRA

Porporsi penduduk muslim Indonesia yang mencapai 25 persen dari populasi penduduk dunia, atau sekitar 8,1 miliar (dengan penduduk muslim sekitar 2,03 miliar) kata Rizki, menghabiskan sekitar 2,3 triliun US Dolar pada 2023 untuk sekotor makanan, farmasi, kosmetik, fashion, perjalanan dan rekreasi.

“Jumlah ini tumbuh 14,5 persen dibanding tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya

Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia dan negara dengan perekonomian terbesar diantara anggota OKI, Indonesia  memiliki potensi pasar yang sangat menjanjikan untuk pertumbuhan ekonomi syariah dan industri halal. Permintaan global terhadap produk ekonomi syariah juga terus menunjukkan peningkatan.

“Sulsel sebagai pusat ekonomi syariah di Kawasan Timur Indonesia, memiliki peran sangat strategis dalam mewujudkan potensi tersebut,” jelasnya.

Tujuan mulia masterplan industri halal Indonesia, menjaga Indonesia sebagai pusat industri halal dunia. Ini, jelas semakin menguatkan kita untuk terus berupaya mengembangkan eksyar. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan sinergi masing-masing komponen ekosistem eksyar.

Baca Juga :   Gubernur Hadiri Puncak Acara 63 Tahun Bulukumba, Bupati: Dukungan Pemprov Sangat Penting

Dari sisi commercial finance ada perbankan dan lembaga keuangan syariah, kemudian social finance ada lembaga-lembaga zakat, amir zakat, infaq dan lainnya. Sedangkan dari sisi industri halal, ada sektor-sektor pendukung seperti makanan dan minuman, modes fashion, farmasi, pariwisata dan lainnya serta lembaga terkait lain.

Dari sisi literasi, tingkat literasi eksyar Indonesia cenderung membaik namun masih di level yang rendah. Indeks literasi eksyar di 2023 sebesar 28,01 persen. Sementara hasil survei Otoritas Jasa Kuangan (OJK) pada survei nasional literasi dan inklusi keuangan 2024, menyebutkan, indeks literasi eksyar penduduk Indonesia sebesar 39,11 persen.

“Rendahnya literasi ini dipengaruhi oleh faktor kesadaran masyarakat yang masih kurang dalam pengembangan eksyar,” katanya.

Kantor Perwakilan BI Sulsel sangat menyadari pentingnya peranan eksyar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Potensi Sulsel dalam sektor eksyar sangat besar dari sisi sumber daya, budaya maupun jumlah penduduk yang mayoritas muslim.

“BI sebagai bagian dari penggerak eksyar nasional, melakukan berbagai upaya dalam rangka memajukan eksyar dengan 3 strategi penguatan yakni penguatan ekosistem produk halal, penguatan keuangan syariah dan penguatan literasi, inklusi dan halal Masyarakat,” katanya.

Pada penguatan ekonomi industri halal, ini merupakan langkah strategis untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan industri halal. Hal ini meliputi penyediaan infrastruktur yang memadai, pengembangan sumber daya manusia yang kompeten serta fasilitasi akses pembiayaan yang sehat.

Untuk penguatan keuangan syariah bertujuan memperluas jangkauan produk dan jasa keuangan syariah serta meningkatkan kualitas layanan. Dengan demikian, masyarakat lebih tertarik mengakses produk keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah

“Sedangan Upaya meningkatkan literasi, inklusi dan halal merupakan upaya menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya eksyar serta mendorong masyarakat untuk mengadopsi gaya hidup halal,” tambahnya.

Baca Juga :   Di HUT Pinrang Ke-64, Pj Gubernur Sulsel Ungkap Alasan Prioritaskan Sektor Pertanian, Perikanan dan Peternakan

Pada kesempatan yang sama, Sekda Sulsel, Jufri Rahman mengakui, Tingkat literasi eksyar masyarakat Sulsel perlu terus digenjot. Ia menyarankan, literasi sebaiknya menyasar hingga masyarakat wilayah pedesaan. “Saya tidak mengatakan masyarakat perkotaan tingkat agamanya kurang. Tetapi, kalau bicara tentang akherat, saya meyakini masyarakat di pedesaan meresponnya dengan positif. Oleh karena itu, saya sarankan literasi dilakukan menyasar level pedesaan,” ujarnya.

Di samping itu, kata Jufri, masyarakat di pedesaan masih menyimpan uangnya di bawah bantal dan tidak menyimpan di bank (konvensional). Salah satunya, karena takut dengan yang namanya bunga karena dianggap riba. “Ini peluang bagi bank syariah untuk masuk dengan sistem bagi hasil. Tinggal terus didorong,” ujarnya.

Melalui bulan eksyar (selama Oktober), ia berharap ditindaklanjuti juga oleh pemerintah kabupaten/kota. Jufri yakin OJK sudah keliling melakukan literasi dan inklusi perbankan, sehingga harapan pertumbuhan eksyar dapat terwujud.

Eksyar sebut Jufri, merupakan sesuatu yang menjanjikan dan telah menjadi sumber pertumbuhan baru. Sebagaimana kita lihat bersama, generasi milenial muslim tumbuh dengan cepat. “kita lihat jajaran pengurus Hipmi, Kadin, mereka dominan muslim muda potensial. Kita berharap, ini akan menjadi bagian dari upaya pengembangan eksyar ke depan,” ujarnya.

Yang juga mendorong Indonesia berkembang kata Jufri, karena nilai-nilai keislaman mulai menjadi lifestyle (gaya hidup).

Kepala OJK Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, Darwisman sepakat, literasi dan inklusi dilakukan hingga menyasar masyarakat pedesaan. Ia juga mengakui kesadaran masyarakat dalam pengembangan eksyar di daerah ini masih kurang, sehingga perlu terus digenjot dan dibenahi.

Ia mengaku akan terus mendorong produk-produk keuangan dan perbankan syariah agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Seperti produk makanan halal, modes fashion halal dan lainnya, diakui Darwisman membutuhkan dukungan pembiayaan dari perbankan dan industri keuangan syariah.

Baca Juga :   Mentan Amran Serahkan Bantuan Pertanian Senilai Rp 410 Miliar di Sulsel

“Ini tentunya sinergi yang luar biasa dan kami dari OJK akan terus mendorong program ini,” katanya.

Terkait bagaimana strategi meningkatkan akses keuangan masyarakat, ia mengaku sepakat jika dilakukan sampai ke pedesaan, bahkan 3T. Oleh karenanya, OJK akan terus bersinergi dengan BI, pemerintah daerah dan seluruh pelaku industri jasa keuangan syariah dan perbankan syariah, terkait bagaimana kira-kira strategi edukasi, literasi sampai ke level desa.

“Kami sudah sampaikan ke Bank Sulselbar, BSI, BI, duta-duta literasi keuangan dan lainnya. Di setiap desa kan ada ulama (pemuka agama), semoga mereka bisa menjadi duta literasi di desa,” katanya.

Bukan hanya literasi, juga meningkatkan inklusi. Masyarakat yang selama ini menyimpan uangnya di bawah bantal, tidak takut lagi untuk menyimpan uang di bank syariah. “Untuk menyerap pembiayaan, juga dari pembiayaan syariah, bukan konvensional. Itu harapan kami,” sebutnya.

Termasuk dengan kebaradaan lembaga-lembaga keuangan syariah, harus terus berproses sehingga masyarakat melihat secara nyata perbedaan antara perbankan konvensional dengan perbankan atau lembaga keuangan syariah.

“Harus disadari, perlu kerja ekstra keras untuk memulai sesuatu yang baru. Tidak ada yang instan. Paling tidak, dari waktu ke waktu terjadi peningkatan,” sebutnya.

Bali Putra