
BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Berbagai upaya dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar untuk melestarikan dan mempromosikan kekayaan seni budaya tradisional. Melalui Dinas Kebudayaan (Disbud), Pemkot Makassar menggelar Festival Bulan Budaya yang resmi dibuka, Kamis (14/08/2025).
Festival budaya diawali dengan ritual budaya Appasili’ di Museum Kota pada pagi hari. Ritual ini memiliki makna “pensucian” atau “pembersihan” yang bertujuan membersihkan museum dari energi negatif serta memohon berkah dan keselamatan. Prosesi menggunakan air dari Sungai Tallo yang telah didoakan, dipercikkan ke seluruh area museum oleh sesepuh adat dan pemimpin ritual.
“Festival Bulan Budaya ini juga merupakan rangkaian peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan Kota Makassar, Andi Patiware.

Sore hari, rangkaian Festival Bulan Budaya dilanjutkan dengan parade budaya yang menampilkan peserta dari berbagai komunitas seni budaya, paguyuban, serta sanggar seni dari Bali. Karnaval ini diharapkan dapat menarik perhatian masyarakat dan meningkatkan apresiasi terhadap kebudayaan lokal.
Festival ditutup dengan peresmian museum di malam hari. Di mana, museum yang direncanakan buka hingga malam hari, ditargetkan didatangi 27 ribu pengunjungi. “Kami ingin, museum bukan semata tempat penyimpanan benda bersejarah, juga sarana berkreasi bagi komunitas seni budaya dan tempat beraktifitasnya masyarakat,” ujar Andi Patiware
Sementara itu, saat menyampaikan sambutan pada pembukaan karnaval budaya, Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin menyebutkan, Festival Bulan Budaya Kota Makassar akan menjadi agenda tahunan Pemkot Makassar, dengan menghadirkan berbagai macam acara.
Munafri meminta Dinas Kebudayaan menggelar kegiatan budaya selama satu bulan penuh menuju Hari Kebudayaan Nasional. Sejalan dengan keinginannya menguatkan dan memperkaya wawasan kebudayaan masyarakat di kota ini.
Ia juga menekankan, budaya tidak boleh sebatas seni pertunjukan, namun harus menjadi karakter dalam kehidupan masyarakat. Munafri mendorong integrasi nilai lokal ke dalam kurikulum pendidikan dasar, memperkenalkan aksara Lontara, corak kain sutra Bugis-Makassar, hingga mendorong setiap kantor pemerintahan dan sekolah menampilkan identitas budaya lokal.
“Melalui festival budaya, Pemkot Makassar dapat menggambarkan nilai persatuan diantara banyaknya perbedaan budaya di Kota Makassar. Di festival budaya, tidak menonjolkan ragam budaya sebagai perbedaan, namun sebaliknya menjadikan perbedaan sebagai perekat persatuan” kata Munafri seraya berharap Festival Bulan Budaya 2025 menjadi momentum memperkuat kecintaan masyarakat terhadap warisan budaya Makassar, sekaligus menghidupkan sektor ekonomi kreatif melalui pariwisata budaya.
Turut hadiri dalam acara karnaval budaya, Ketua TP PKK Kota Makassar Melinda Aksa, jajaran Forkopimda, Kepala SKPD, camat, lurah, tokoh adat, budayawan, seniman, serta komunitas budaya se-Kota Makassar.
Editor : Bali Putra