
BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Kantor Wilayah Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) III-Sulampua, mendorong untuk membekali para pelajar (siswa) dengan mindset keuangan yang sehat dan bertanggungjawab sejak dini.
Generasi muda perlu dipersiapkan dengan pengetahuan dan keterampilan memadai agar dapat membuat keputusan keuangan yang cerdas, sehingga terhindar dari praktik keuangan yang merugikan seperti judi online dan pinjaman online ilegal.
“Yang pada gilirannya, mereka mampu berkontribusi positif bagi perekonomian bangsa,” ungkap Kepala Divisi Edukasi, Hubungan Masyarakat, dan Hubungan Kelembagaan Kantor Perwakilan LPS III-Sulampua, Y. Dadi Hermawan, pada “Kick Off” Bulan Literasi Keuangan (BLK) 2025 yang dirangkai agenda Training of Trainers (ToT0 Guru Ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) sebagai Duta Literasi, belum lama ini.
Ia menyebutkan, kemampuan untuk memahami dan mengelola keuangan secara bijak bukan lagi sekadar pilihan. Melainkan sebuah bekal penting bagi setiap individu, terutama generasi muda sebagai penerus bangsa untuk meraih masa depan yang aman dan sejahtera.
Para guru, kata Dadi, utamanya Guru Ekonomi yang kemudian dikukuhkan sebagai Duta Literasi, memiliki peran strategis yang menjadi ujung tombak dalam menanamkan pemahaman dan kesadaran tentang konsep dasar keuangan sejak dini. Mulai menabung, berinvestasi, hingga mengenali risiko dan manfaat produk keuangan.
“Dengan metode pengajaran yang kreatif dan menarik, para guru dapat membekali para siswa dengan mindset keuangan yang sehat dan bertanggung jawab sedari dini,” sebutnya.
Sebagaimana hasil survei Konsumen dan Perekonomian (SKP) yang dimiliki LPS pusat, tercatat terjadi penguatan Indeks Menabung Konsumen (IMK) secara nasional mdari 83,4 pada April 2025, naik 5,1 poin pada Maret 2025. Peningkatan ini didorong kenaikan Indeks Waktu Menabung (IWM) dan Indeks Intensitas Menabung (IIM). IWM) yang meningkat mengindikasikan keyakinan masyarakat bahwa saat ini dan beberapa bulan mendatang adalah waktu yang tepat untuk menabung. Sementara IIM yang juga tumbuh positif, menunjukkan adanya peningkatan dalam kemampuan dan keinginan masyarakat untuk menyisihkan dana.
“Perkembangan ini mengindikasikan rencana menabung konsumen yang terus membaik dan intensitas menabung yang cenderung stabil. Dapat dikatakan, kondisi ini telah selaras dengan momentum BLK,” jelas Dadi.
LPS menyambut baik Training of Trainers yang diinisiasi OJK. LPS memiliki peran penting dalam menjaga kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan, karena LPS hadir untuk melindungi simpanan masyarakat di perbankan.
“Namun, perlindungan ini akan semakin optimal apabila masyarakat juga memiliki pemahaman yang baik tentang hak dan kewajiban mereka sebagai nasabah, serta bagaimana memilih produk dan layanan keuangan yang sesuai dengan kebutuhan,” katanya.
Oleh karena itu, sinergi antara LPS, OJK, BI, Guru ekonomi sebagai Duta Literasi Keuangan, diakui memiliki arti yang sangat besar. Dadi mengajak semua pihak membangun ekosistem keuangan yang sehat dan inklusif, di mana setiap anggota masyarakat, khususnya generasi muda, memiliki pemahaman dan literasi yang cukup untuk berpartisipasi secara aktif dan cerdas dalam perekonomian.
Kepala OJK Sulselbar, Moch. Muchlasin menyebutkan, BLK dicanangkan berlangsung Mei – Agustus 2025 dan menjadi momentum yang tidak bisa dilewatkan begitu saja. Karena ini, bukan semata tentang mengedukasi masyarakat, juga tentang memberi kekuatan. Memberi pengetahuan yang akan membuka banyak pintu peluang. Memberi pemahaman yang akan membawa kita menuju kebebasan finansial.
“Lebih dari itu, ini adalah langkah pertama untuk menciptakan Indonesia yang lebih kuat, lebih mandiri, dan lebih siap menghadapi tantangan dunia yang semakin cepat berubah,” ujar Muchlasin.
Sementara itu, Deputi Kepala Perwakilan BI Sulsel, Ricky Satria yang juga hadir pada kegiatan itu, mengapresiasi BLK sebagai bagian dari upaya kolektif memperkuat literasi dan inklusi keuangan di Indonesia bersama OJK dan LPS, serta sejalan dengan mandat UU 4/2023 (UUP2SK) untuk memperkuat sektor keuangan nasional.
“Literasi dan inklusi keuangan adalah fondasi bagi kemandirian ekonomi lokal. Ketika masyarakat paham cara mengelola keuangan, mereka tidak hanya menjadi konsumen yang cerdas, juga dapat menjadi investor lokal, uang memutar di daerah sendiri,” ujarnya.
Bali Putra