MAHASISWA UNHAS MENELITI MANFAAT BIJI PANGI

461
Proses ekstraksi biji pangi di Laboratorium Biokimia FMIPA Unhas.

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR — Buah pangi merupakan salah satu potensi sumber daya alam di daerah Sulawesi Selatan (Sulsel) yang belum banyak dieksplorasi. Padahal, biji dari buah tersebut memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder, yang mampu menghambat pertumbuhan beberapa golongan mikroba, salah satunya adalah cendawan Aspergillus flavus yang banyak ­ditemukan pada komoditas pertanian seperti jagung.

Potensi biji pangi tersebut diteliti tiga mahasiswa Unhas, yang diketuai Vietgar Membalik di laboratorium hama dan penyakit tumbuhan, Fakultas Pertanian dan Laboratorium Biokimia FMIPA Unhas, yang sudah dilakukan sejak bulan April lalu. Penelitian ini berlangsung berkat bimbingan dosen Fakultas Pertanian, Asman, S.P., M.P dan beberapa pihak lain yang membantu dalam penelitian ini.

Penelitian yang lolos pendanaan Program Kreativitas Mahsiswa (PKM) bidang penelian berjudul ‘Efektivitas Ekstrak Daging Biji Pangi (Pangium edule Reinw) dalam Menghambat Pertumbuhan Aspergillus flavus Penghasil Aflatoksin pada Jagung secara In Vitro’.
“Jagung diangkat sebagai objek penelitian, karena memiliki resiko terkontaminasi cendawan penghasil aflatoksin yang berbahaya bagi konsumen. Apalagi jagung merupakan komoditas pertanian yang cukup banyak diproduksi dan dikonsumsi di Indonesia. Sisi lain, Indonesia merupakan daerah tropis dengan tingkat kelembaban tinggi, sehingga mampu mendukung pertumbuhan beberapa golongan cendawan,” ungkap mahasiswa yang baru berumur 20 tahun ini.

Menurutnya, penelitian ini dilakukan melihat tingginya senyawa aflatoksin pada serealia utamanya jagung, akibat kontaminasi kapang A. flavus. Senyawa aflatoksin tersebut sangat berbahaya bagi konsumen, dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, bahkan kematian. Apalagi jika kontaminasi aflatoksin sudah melewati batas yang ditetapkan oleh BPOM.

“Sudah banyak kasus akibat kontaminasi aflatoksin pada produk pangan dan pakan. Di sisi lain, biji pangi memiliki kandungan kimia yang mampu memberikan efek fungistatik bagi beberapa golongan mikroba, sehingga kami mengangkat penelitian dengan meneliti efektivitas eksrak biji tersebut,” jelas Vietgar.
Penelitian tersebut dilaksanakan dengan serangkaian proses meliputi penyiapan alat dan bahan, pembuatan ekstrak biji pangi, pembuatan media pengujian, Isolasi A. flavus, uji daya hambat, sampai tahap analisis data.

Diharapkan, penelitian ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan, utamanya bagi mahasiswa dalam mengeksplorasi baban-bahan alami, yang berpotensi sebagai pestisida nabati ramah lingkungan, sehingga meminimalisir penggunaan bahan kimia berbahaya./(*)