
BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Minat masyarakat di Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua), berinvestasi di pasar saham, semakin meningkat. Peningkatan ini bahkan paling kuat dibandingkan instrumen investasi lain di pasar modal seperti reksa dana dan surat berharga negara (SBN).
Hal itu disampaikan Kepala Otoritas Jasa Keuangan Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (OJK Sulselbar), Moch. Muchlasin dalam keterangannya saat memaparkan kinerja sektor jasa keuangan di wilayah Sulampua hingga Agustus 2025, beberapa waktu lalu.
Moch. Muchlasin menyebutkan, jumlah investor pasar modal di wilayah Sulampua terus menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan. Per Agustus 2025, jumlah Single Investor Identification (SID) tercatat mencapai 1.157.386 SID, atau meningkat sebesar 25,57 persen secara tahunan (yoy).

Mayoritas investor pasar modal di wilayah Sulampua tercatat memiliki portofolio pada instrumen Reksa Dana. Jumlahnya mencapai 1.097.403 atau meningkat 25,15 persen secara tahunan.
“Namun demikian, pertumbuhan SID tertinggi justru tercatat pada instrumen saham yakni sebesar 34,56 persen (yoy),” ujar Moch. Muchlasin.
Dikatakan, pertumbuhan ini mengindikasikan semakin kuatnya minat masyarakat untuk berinvestasi di pasar saham. Pada Agustus 2025 (ytd), akumulasi nilai transaksi saham tercatat sebesar Rp41,91 triliun.
Sementara instrumen investasi SBN, tumbuh 10,58 persen menjadi sebanyak 38,519 SID.
OJK Sukselbar menilai sektor jasa keuangan (SJK) di wilayah Sulampua tetap stabil dan terus menunjukkan peran aktif dalam menggerakkan roda perekonomian daerah. Bukan hanya sektor pasar modal, stabilitas SJK Sulampua juga tercermin dari kinerja positif sektor perbankan, dan industri keuangan non bank.
Hal ini, tidak lepas dari komitmen OJK menjaga stabilitas SJK di wilayah Sulampua dengan secara bersama menjaga kelancaran fungsi intermediasi dan memperluas akses layanan keuangan bagi masyarakat.
Dari sektor perbankan, tetap terjaga stabil, tercermin dari pertumbuhan Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Kredit. Pada posisi Agustus 2025, aset perbankan tumbuh 5,22 persen (yoy) mencapai Rp 562,40 triliun.
Pertumbuhan positif juga terjadi penghimpunan DPK, tercatat Rp352,85 triliun atau tumbuh sebesar 4,01 persen (yoy). Pertumbuhan DPK pada periode Agustus 2025 melambat dibandingkan Agustus 2024, namun lebih tinggi dibandingkan posisi Desember 2024.
“Berdasarkan portofolio DPK didominasi tabungan (57,31 persen). Kondisi ini menunjukkan kepercayaan masyarakat terhadap sektor perbankan tetap terjaga, didukung preferensi untuk menyimpan dana dalam bentuk tabungan yang lebih likuid,” sebut Muchlasin.
Penyaluran kredit perbankan di wilayah Sulampua pada Agustus 2025 juga tumbuh 4,02 persen (yoy) dengan total mencapai Rp440,97 triliun. Pertumbuhan tersebut menunjukkan aktivitas intermediasi yang tetap berjalan dimana Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 124,97 persen, meskipun pertumbuhan mengalami moderasi dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara dari sektor Industri Keuangan Non Bank (IKNB), menunjukkan kinerja yang terjaga. Pada sektor Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun (PPDP), total penjaminan tercatat tumbuh sebesar 15,79 persen. Total aset dana pensiun juga tumbuh, sebesar 6,46 persen. Adapun pada perusahaan perasuransian, total premi menurun -6,83 persen.
Editor : Bali Putra








