Menyusuri Budaya Maritim, Unhas Sukses Gelar International Cultural Program ke-8

14
POTO : ISTIMEWA

 

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Universitas Hasanuddin melalui Kantor Urusan Internasional kembali menggelar International Cultural Program (ICP) yang ke-8, berlangsung 26 Juli hingga 2 Agustus 2025. ICP diikuti 55 peserta dari 25 negara, mencakup kawasan Afrika seperti Zimbabwe, Malawi, Sudan. Juga peserta dari Asia Tenggara dan Timur Tengah seperti Thailand, Vietnam, Yordania, Suriah, dan Yaman. Keberagaman latar belakang peserta semakin memperkaya suasana program yang mengangkat tema “Exploring South Sulawesi Maritime Culture.”

Acara dibuka Rektor Unhas, Jamaluddin Jompa (JJ). Ia menekankan pentingnya pelestarian budaya dan lingkungan laut sebagai identitas utama Sulawesi Selatan.

ICP 2025 terdiri dari dua bagian utama: sesi kelas dan eksplorasi lapangan. Sesi kelas diselenggarakan di kampus Unhas, mengangkat topik-topik menarik seperti budaya maritim Indonesia, nilai-nilai lokal masyarakat Bugis-Makassar, kuliner tradisional, alat musik kacaping, dan tari-tarian daerah. Seluruh materi dikemas secara interaktif untuk mendorong keterlibatan aktif peserta.

Eksplorasi lapangan dilaksanakan di Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Puntondo, Kabupaten Takalar. Di sana, peserta menyaksikan secara langsung aktivitas budidaya rumput laut, kehidupan nelayan pesisir, serta teknik penangkapan ikan tradisional seperti bagan.

Peserta juga diajak mengenal ekosistem laut seperti hutan mangrove, padang lamun, dan perairan pesisir yang masih terjaga kealamiannya. Aktivitas snorkeling turut memperkaya pengalaman laut para peserta.

Di samping belajar, peserta juga menikmati keindahan Kota Makassar melalui city tour ke berbagai destinasi ikonik, seperti Benteng Rotterdam, Center Point of Indonesia, dan pusat oleh-oleh Somba Opu.

Program ini tak hanya menjadi ajang pertemuan lintas negara, tetapi juga mempererat pemahaman antarbudaya dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan maritim. Pesan utama yang diusung pun terasa kuat: keberagaman bukan sekat, melainkan jembatan untuk saling memahami dan menghargai satu sama lain.