Nikel Masih Mendominasi Ekspor Sulsel

259
Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Sulsel, Akmal (kanan), saat menggelar konferensi pers di kantor BPS Sulsel, pekan lalu.

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR — Nikel nampaknya masih mendominasi ­komuditas ­ekspor Sulawesi Selatan (Sulsel), Juli 2018. Badan ­Pusat Statistik (BPS) Sulsel mencatat, Nikel ­berkontribusi ­sebesar 70,97 persen terhadap total ekspor di ­bulan tersebut dengan pertumbuhan sekitar 32 persen dibanding sebelumnya.

Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Sulsel,
Akmal dalam kete­ra­ngan persnya pekan lalu menyebutkan, secara keseluruhan pertumbuhan ekspor pada Juli 2018 mencapai 3,48 persen atau senilai USD 111,81 juta. Meski tumbuh positif, namun sejumlah komoditas ekspor disebut mengalami kontraksi.
“Nilai ekspor yang dikirim melalui sejumlah pelabuhan di Sulsel pada Juli 2018 mencapai USD 111,81 juta. Angka ini mengalami peningkatan 3,48 persen. Nikel merupakan komoditas dengan nilai ekspor terbesar yakni senilai USD 79,35 juta atau 70,97 persen,” ungkap Akmal.

Komoditas dengan kontribusi terbesar kedua terhadap ekspor Juli 2018, adalah biji-bijian berminyak dan tanaman obat yakni sebesar 12,07 persen atau tumbuh hingga 81,56 persen. Disusul garam, belerang dan Kapur yang berkontribusi terbedsar ketiga yakni sebesar 3,71 persen atau mencapai USD 2,54 JUTA. Meski demikian jika dibandingkan dengan bulan juni lalu, komoditas ini mengalami kontraksi hingga 51,04 persen.
Hal serupa juga terjadi pada komoditas ikan, udang dan hewan air tidak bertulang belakang lainnya yang memberikan sumbangsih sebesar 2,41 persen atau USD2,70 Juta. Komoditas ini juga mengalami kontraksi hingga 17,43 persen, begitupun dengan komoditas gandum-ganduman yang kontraksi sebesar 25,68 persen dan kayu ataupun barang dari kayu sebesar 95,86 persen.

Jepang, menjadi negara tujuan dengan ekspor terbesar, mencapai 74,33 persen dari keseluruhan ekspor, Juli 2018. Disusul Tiongkok dan Filipina 16,64 persen dan 3,03 persen.
Sementara itu, pada impor, Akmal juga menyatakan ada pertumbuhan sebesar 18,70 persen pada Juli 2018. Bahan Bakar Mineral menjadi komoditas impor terbesar, mencapai 49,77 persen atau USD49,47 juta. Kemudian Gandum-ganduman dan komuditas Ampas/sisa industry makanan masing-masing sebesar 21,32 persen dan 13,09 persen.
Negara asal impor terbesar masih di tempati Singapura, mencapai 49,94 persen dari total impor, disusul Australia 13,91 persen dan Tiongkok serta Argentina masing-masing 11,66 persen dan 11,10 persen./Komang Ayu