BISNISSULAWESI.COM, MAROS –
Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Prof HM Nurdin Abdullah, dan sejumlah kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Sulsel dan Pemerintah Daerah Kabupaten Maros, melakukan kunjungan ke Kebun Raya Pucak Maros, yang terletak di Desa Pucak dan Desa Tompo Bulu, Kecamatan Tompo Bulu, Kabupaten Maros, Selasa (02/06).
Gubernur menghadirkan OPD dan Pemda agar dapat melakukan orientasi dan juga mengumpulkan ide untuk pengembangan kebun raya ini. Demikian juga akan melibatkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam pengembangan kawasan konservasi tumbuhan ini.
Kebun Raya Pucak awalnya Taman Safari (zaman Gubernur Zainal Basri Palaguna) yang kemudian dialihfungsikan menjadi kebun raya. Temanya, konservasi tumbuhan bernilai ekonomi, yang diharapkan menjadi pusat penelitian dan pengembangan serta plasma nutfah, khususnya endemik Sulawesi.
Pengembangan kebun raya ini merupakan salah satu bagian dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RT/RW) Mamminasata, yang mengaitkan Kota Makassar, Kabupaten Maros dan Kabupaten Gowa serta Kabupaten Takalar, dalam satu wilayah. Diharapkan potensi-potensi wilayah dapat dikembangkan.
“Ini dikembangkan, direncanakan sejak Gubernur Profesor Amiruddin. Terus dilanjutkan oleh Pak Gubernur Zainal Basri Palaguna. Saya pikir ini adalah sebuah kawasan wisata yang sangat strategis, dimana perpaduan ada hutan alam, lingkungannya sangat mendukung dan saya kira tinggal dipoles sedikit, ini sudah bisa dinikmati oleh masyarakat,” kata Nurdin Abdullah.
Pembenahan kawasan akan dilakukan secepatnya, dan diharapkan rampung akhir tahun 2021. Pihak terkait dilibatkan untuk merumuskan rencana-rencana ke depan, termasuk pengerjaan yang akan dilakukan.
“Maka kita bertemu dengan beberapa OPD, tentu kita kalau semua bersinergi dan berkolaborasi untuk melengkapi fasilitas yang ada di kebun raya ini akan semakin maju,” sebutnya.
Termasuk dalam mempersiapkan kebun binatang, beberapa satwa Sulsel akan menjadi koleksi. Pengembangan ini akan membuat masyarakat sekitar ikut berkembang dan semakin kreatif.
Pemerintah juga akan mendorong sektor pertanian, penyiapan lahan yang baik, benih yang bagus, pengembangan varietas buah-buahan yang cocok. Sehingga masyarakat sekitar tidak hanya menjadi penonton orang yang datang, tetapi juga mengambil peran, terutama menyajikan kebutuhan wisatawan yang datang ke tempat ini nantinya.
Tumbuhan lokal di kebun raya seluas 120 hektare ini antara lain; kayu lokal, yakni kayu arra (Bahasa Makassar), sugimani (jabon putih), manggis hutan, jambu biji, mangga lokal dan kayu manis. Banyak juga dijumpai jenis jenis Ficus (beringin), kelompok mirtaceae (family Jambu-jambuan).
Sedangkan jenis hewan liar yang sering dijumpai, seperti babi hutan, ular sanca, kucing hutan Sulawesi, monyet khas Sulawesi (macaca maura).
Dari Makassar ke lokasi ini berjarak 30 Km dan dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 45 menit.
“Saya meyakini, ini dari Makassar tidak lebih 45 menit, maka kita akan mencoba mempercepat penyempurnaan kebun raya ini,” lanjutnya.
Nur Rachmat