Sektor Jasa Keuangan Sulampua Tumbuh Positif

94
Ilustrasi. Kepala OJK Sulsel dan Sulbar, Darwisman (Baju Putih) pada sebuah kesempatan bersama Pjs Wali Kota Makassar, Andi Arwin Azis. POTO : ISTIMEWA

 

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Kondisi perekonomian dunia yang sedang menghadapi tantangan perlambatan, tak mempengaruhi sektor jasa keuangan di wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua). Otoritas Jasa Keuangan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (OJK Sulsel dan Sulbar) menilai, sektor jasa keuangan di wilayah ini, menunjukkan kinerja positif dan stabilitas terjaga. Terlihat dari kinerja yang solid di sektor perbankan, pasar modal, dan industri keuangan non-bank (IKNB).

Stabilitas sektor jasa keuangan Sulampua, turut didukung pelonggaran kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) khususnya penurunan suku bunga yang memberikan ruang bagi perbankan dan lembaga keuangan meningkatkan penyaluran kredit, yang pada akhirnya mendorong aktivitas ekonomi.

Posisi Agustus 2024, Kantor OJK Sulsel Sulbar mencatatkan kinerja industri perbankan Sulampua tumbuh secara tahunan (yoy  pasda sisi total aset, dana pihak ketiga (DPK) dan kredit. Total Aset tumbuh 5,65 persen mencapai Rp534 triliun, DPK tumbuh 5,55 persen mencapai Rp339 triliun dan penyaluran kredit tumbuh 8,79 persen mencapai Rp424 triliun.

“Tingkat intermediasi Loan to Deposit Ratio (LDR) 124,97 persen dengan Non Performing Loan (NPL) yang terjaga di angka 2,55 persen,” ungkap Kepala OJK Sulsel dan Sulbar, Dawisman, Selasa (08/10/2024).

Pada sektor pasar modal, terdapat pertumbuhan Single Investor Identification (SID) yang signifikan di wilayah Sulampua pada Juli 2024, sebesar 38,39 persen (yoy) atau mencapai 904.514 SID. Hal ini menjadi indikasi kuat, kepercayaan masyarakat terhadap investasi di pasar modal tetap terjaga. Instrumen investasi didominasi Reksadana dengan porsi dan pertumbuhan tertinggi.

Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) juga turut menunjukkan pertumbuhan pada posisi Juli 2024 (yoy). Tercermin dari total piutang perusahaan pembiayaan yang tumbuh 13,30 persen menjadi Rp42,70 triliun, total pembiayaan modal ventura tumbuh 5,27 persen menjadi Rp692 miliar.

Baca Juga :   Hingga Pekan Ketiga Januari 2024, Realisasi Pendapatan Negara di Sulsel Rp0,84 Triliun

Pembiayaan yang disalurkan pergadaian tumbuh 58,96 persen menjadi Rp16,48 triliun dan total outstanding pinjaman fintech peer to peer lending tumbuh 56,55 persen menjadi Rp4,12 triliun dengan tingkat wanprestasi terjaga 1,46 persen.

“Selain itu, total aset dana pensiun juga menunjukkan pertumbuhan. Juli 2024 Rp3,69 triliun atau tumbuh 9,96 persen. Sedangkan perusahaan penjaminan, outstanding penjaminan tumbuh 12,83 persen dengan nilai mencapai Rp879 miliar,” sebutnya.

Sektor IKNB di wilayah Sulampua berperan penting dalam memperluas akses pembiayaan masyarakat. Sebagai upaya penguatan sektor IKNB, OJK melakukan pendelegasian kewenangan kepada Kantor OJK Daerah, 27 September 2024 dengan mengalihkan kewenangan pengawasan terhadap 9 Dana Pensiun dan 2 Perusahaan Penjaminan serta pengalihan kewenangan Perizinan Perusahaan Penjaminan kepada Kantor OJK Sulsel dan Sulbar.

Sejalan dengan kinerja Sulampua, perkembangan sektor jasa keuangan di Sulawesi Selatan juga menunjukkan kinerja yang baik. Total aset perbankan di Sulsel Agustus 2024 tumbuh 7,78 persen (yoy) dengan nominal mencapai Rp198,95 triliun. DPK tumbuh 8,61 persen (yoy) dengan nominal Rp133,64 triliun. Kredit yang disalurkan tumbuh 7,68 persen (yoy) dengan nominal Rp162,32 triliun.

Penyaluran kredit di Sulsel didominasi kredit produktif 55,04 persen. Jika dilihat berdasarkan sektor ekonomi, kredit terbanyak disalurkan pada sektor perdagangan besar dan eceran dengan porsi 23,82 persen atau mencapai Rp38,66 triliun.

Kinerja intermediasi perbankan Sulsel terjaga dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) 123,72 persen dan tingkat rasio kredit bermasalah berada di level aman 2,98 persen.

Perbankan Syariah turut menunjukkan pertumbuhan lebih tinggi pada posisi Agustus 2024. Tercermin dari aset perbankan syariah yang tumbuh 16,86 persen (yoy) menjadi Rp15,54 triliun, dengan penghimpunan DPK tumbuh sangat tinggi 21,10 persen menjadi Rp11,26 triliun. Penyaluran pembiayaan juga tumbuh 17,22 persen (yoy) menjadi Rp13,26 triliun. Tingkat intermediasi perbankan Syariah berada pada level 117,72 persen dengan tingkat NPF pada level aman 2,26 persen.

Baca Juga :   DJP Gelar Talkshow UU Cipta Kerja Klaster Kemudahan Berusaha Bidang Perpajakan

Editor : Bali Putra