SJK Sulampua tetap Stabil, Aktif Gerakkan Ekonomi Daerah

145
Kepala Kantor OJK Sulselbar, Moch. Muchlasin. POTO : DOK. BISNISSULAWESI.COM

 

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Kantor Otoritas Jasa Keuangan Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (OJK Sulselbar) menilai sektor jasa keuangan (SJK) di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua) tetap stabil dan terus berperan aktif menggerakkan roda perekonomian daerah.

Komitmen OJK menjaga stabilitas SJK tercermin dari kinerja positif sektor perbankan, pasar modal, dan industri keuangan non bank yang secara bersama menjaga kelancaran fungsi intermediasi dan memperluas akses layanan keuangan bagi masyarakat.

Kepala OJK Sulselbar, Moch. Muchlasin mengatakan, sektor perbankan terjaga stabil, tercermin dari pertumbuhan aset, dana pihak ketiga (DPK), dan kredit yang tumbuh positif. Posisi Agustus 2025, aset perbankan tumbuh 5,22 persen (yoy) mencapai Rp562,40 triliun. Penghimpunan DPK mencapai Rp352,85 triliun atau tumbuh 4,01 persen (yoy). Meskipun melambat dibandingkan Agustus 2024, namun lebih tinggi dibandingkan posisi Desember 2024.

“Berdasarkan portofolio, DPK didominasi tabungan (57,31 persen). Menunjukkan, kepercayaan masyarakat terhadap sektor perbankan tetap terjaga, didukung preferensi untuk menyimpan dana dalam bentuk tabungan yang lebih likuid,” katanya.

Dari sisi penyaluran kredit, tumbuh 4,02 persen (yoy) dengan total mencapai Rp440,97 triliun. Menunjukkan aktivitas intermediasi tetap berjalan dimana Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 124,97 persen, meskipun pertumbuhan mengalami moderasi dibandingkan tahun sebelumnya.

Perlambatan terutama dipengaruhi kontraksi penyaluran kredit pada segmen kredit modal kerja. Namun, sektor perbankan tetap menjaga kualitas kredit dengan rasio Non Performing Loan (NPL) yang terjaga pada level 2,80 persen.

Pada sektor pasar modal, jumlah investor terus tumbuh mencapai 1.157.386 SID, atau meningkat 25,57 persen secara tahunan (yoy). Mayoritas investor memiliki portofolio pada instrumen reksa dana. Namun demikian, pertumbuhan SID tertinggi justru tercatat pada instrumen saham, sebesar 34,56 persen (yoy).

“Pertumbuhan ini mengindikasikan semakin kuatnya minat masyarakat berinvestasi di pasar saham dengan akumulasi nilai transaksi saham hingga Agustus 2025 (ytd) tercatat Rp41,91 triliun,” sebut Muchlasin.

Dari sisi Industri Keuangan Non Bank (IKNB), terjaga. Pada sektor Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun (PPDP), total penjaminan tumbuh 15,79 persen. Total aset dana pensiun juga tumbuh 6,46 persen. Sementara pada perusahaan perasuransian, total premi menurun -6,83 persen.

Pada sektor Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML), total pembiayaan pada perusahaan pembiayaan tumbuh 5,77 persen dan modal ventura terkontraksi -2,43 persen.

Editor : Bali Putra