
BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Secara tahunan, Sulawesi Selatan (Sulsel) mencatat deflasi 1,09 persen, lebih rendah dari rata-rata nasional. Namun demikian, perlu dicermati risiko inflasi cenderung meningkat jelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) Idul Fitri.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Selatan (BI Sulsel), Rizki Ernadi Wimanda mengatakan hal itu, saat buka puasa bersama di House of Rewako (HoRe) Building, Rabu (26/03/2025).
Dikatakan Rizki, risiko meningkatnya inflasi jelang Idul Fitri, khususnya pada komoditas emas perhiasan, beras, cabai dan ikan bandeng.
Terkait catatan deflasi sebesar 1,09 persen yang dialami Sulsel secara tahunan, Rizki menjelaskan, tekanan utama berasal dari penyesuaian pada kelompok administered prices, khususnya dampak pemberian diskon tarif listrik rumah tangga dan penurunan tarif transportasi daring.
“Secara komoditas, tarif Listrik, daging ayam ras, tomat, bawang merah, dan mobil menjadi penyumbang deflasi utama, didukung pasokan yang relatif stabil selama masa panen,” sebutnya.
Khusus Februari 2025, Sulsel mencatat deflasi 0,89 persen (mtm), lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya. Tekanan penurunan harga terutama terjadi pada kelompok perumahan, air, Listrik dan bahan bakar rumah tangga, yang mengalami deflasi signifikan hingga 5,72 persen (mtm). Meskipun sedikit tertahan oleh inflasi di kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya.
Jelang HKBN, Sulsel kembali dihadapkan pada tantangan musiman berupa kecenderungan kenaikan harga sejumlah komoditas pangan strategis. Data hingga 20 Maret 2025, beberapa komoditas mengalami kenaikan signifikan, seperti cabai rawit yang naik dari Rp49,505 menjadi Rp66,830/kg atau meningkat 35 persen. Daging ayam ras dari Rp24,783 menjadi Rp25.300/kg atau meningkat 2,09 persen.
Kenaikan juga terjadi pada telur ayam ras, cabai merah, bawang merah, bawang putih dan minyak goreng. Kenaikan ini sejalan dengan pola misimannya seiring peningkatan permintaan masyarakat,” jelas Rizki.
Sementara itu, beberapa komoditas utama seperti beras, daging sapi, dan gula pasir tetap stabil yang menunjukkan ketahanan harga pada bahan pangan pokok. “Meskipun demikian, potensi tekanan inflasi tetap harus diwaspadai, khususnya pada komoditas hortikultura dan protein hewani yang memiliki andil besar terhadap struktur konsumsi rumah tangga masyarakat di Sulsel,” sebutnya.
BI Sulsel bersama pemerintah terus memperkuat upaya stabilisasi, melalui pengamanan distribusi, peningkatan pasokan, serta intervensi harga bila diperlukan. Berbagai upaya dilakukan untuk menjaga daya beli masyarakat dan memastikan stabilitas inflasi tetap terkendali selama HKBN 2025.
Bali Putra